Pendidikan adalah factor yang sangan urgen dan significan dalam sejarah peradaban manusia. Tingkat kemajuan peradaban seringkali diidentikkan dengan seberapa tingkat kemajuan pendidikan di Negara tersebut.
Pendidikan islam adalah salah satu bagian dari system pendidikan yang ada didunia. Pendidikan islam digunakan untuk menyebut sebagian dari bentuk pendidikan yang secara otomatis memiliki cirri dan karakter yang berbeda serta watak yang berbeda dengan pendidikan lain diluar pendidikan islam.
Sementara itu bila ditinjau dari pengertian pendidikan dengan merujuk pada sistim pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum pada undang undang republic Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentangg Sistem Pendidikan Nasional, maka pendidikan memiliki arti "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara." Pengertian pendidikan sebagaimana yang terdapat pada undang – undang diatas lebih menekankan pada aspek pendidikan sebagai sebuah lembaga formal ( dalam hal ini sekolah – sekolah formal semisal SD/MI,SMP/MTs dll).
Pada dasarnya pendidikan islam juga bisa diartikan sebagaimana pengertian diatas hanya saja didalam pendidikan islam upaya yang dilakukan dalam upaya pengembangan potensi anak tersebut harus senantiasa berpedoman pada nilai – nilai yang terkandung didalam al qur'an maupun hadits yang merupakan sumber utama dalam kehidupan umat islam. Hal ini mutlak mengingat keduanya adalah asas utama yang menjadi pondasi bagi bangunan islam secara kaffah.
Perlu diketahui bahwa pendidikan islam tidak sama dengan pendidikan agama islam. Ahmad marimba nengatakan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran islam (knowing), terampil melakukan ajaran islam ( doing ), dan melakukan ajaran islam dalam kehidupan sehari – hari. Sedangkan pendidikan islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum – hukum agama islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran – ukuran islam. Pendidikan agama islam menekankan pada aspek – aspek pengetahuan tentang ajaran agama islam yang pada akhirnya menunut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari – hari sebagai sebuah tingkah laku yang islami. Pendidikan agama islam ini mencakup materi – materi seperti fiqih, qur'an hadits, aqidah akhlak, tasawuf dll. Sedangkan pendidikan islam lebih menitik beratkan pada upaya pembentukan manusia yang memiliki kepribadian utama menurut ukuran islam. Pendidikan ini mencakup segala aspek kehidupan yang dijiwai dengan semangat islam didalamnya. Pendidikan dalam kategori yang kedua ini bisa mencakup ilmu – ilmu yang mungkin secara langsung tidak berhubungan dengan islam akan tetapi bila dikaji secara mendalam tidak keluar juga dari jalur islam semisal filsafat, matematika, biologi, kimia, kedokteran geografi dsb. Pendidikan islam mencakup berbagai ranah keilmuwan namun dikembangkan sesuai dengan koridor – koridor keislaman yang sesuai dengan al qur'an dan hadits. Sehingga para ilmuwan dan intelektual yang berkecimpung dalam disiplin ilmunya masing – masing tetap tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan islam.
Sejarah mencatat bahwa banyak kalangan diluar islam yang mengembangkan keilmuwan sesuai dengan bidangnya sampai pada puncaknya mereka berbalik dan menentang agama mereka sendiri. Kita mengenal Nietze yang karena kegandrungannya pada disiplin ilmu yang ia miliki sampai akhirnya mengatakan bahwa "Tuhan Telah Mati". Ada juga Karl Marx yang karena kegilaannya sampai – sampai dia mengatakan "Agama Adalah Candu" dan masih banyak sederetan ilmuwan dan intelektual barat yang pada titik klimaks pemikiran mereka memiliki pemahaman yang senafas dengan Nietze dan Marx. Lain halnya dalam dunia islam. Puncak intelektual yang diperoleh dalam pengembaraan keilmuwan justru menjadikan mereka sebagai insane shalih yang semakin tawadlu' dan rendah dihadapan Allah. Mereka semakin sadar akan kelemahan yang mereka miliki dan semakin sadar bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Segala – galanya. Dalam islam kita mengenal al Farazi ahli astronomi islam yang pertama kali menyusun astrolabe, Al Fargani penulis ringkasan astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam bidang kedokteran kita mengenal Al Razi, tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measle, ia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Selain itu ada Ibnu Sina seorang filosof yang berhasil menemukan system peredaran darah pada manusia bahkan bukunya al qanuun fi al thib diakui sebagai ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah. Tidak berhenti disitu dalam bidang optic kita menganal Abu Ali Al Hasan Ibnu al Haytami yang dikenal dibarat dengan nama al hazen. Dialah orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dililihat. Menurut teorinya bendalah yang mengirim cahaya ke mata dank arena menerima cahaya itu mata melihat benda yang bersangkutan. Dalam bidang kimia ada jabir ibnu Hayyan yang terkenal sebagai bapak kimia. Ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Matematikapun tidak dibiarkan lepas oleh para ilmuwan dan intelektual islam. Dalam disiplin matematika kita mengenal Muhammad ibnu Musa Al Khawarizmi yang juga mahir dalm bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu Al Jabbar dan masih banyak lagi disiplin ilmu yang menjadi perhatian ilmuwan dan intelektual muslim kala itu dalam membangun pendidikan islam seperti filsafat, theology, sains, geografi dsb. Namun yang perlu dicatat tidak ada dalam tradisi sejarah intelektual muslim yang dalam titik klimaksnya menentang islam. Hal ini sangat berbeda dengan budaya intelektual barat yang sekuleris. Justeru sebaliknya keilmuwan yang diperoleh menjadi pelengkap bagi mereka untuk menjadi insane yang memiliki perilaku utama dan shalih. Konsistensi para intelektual muslim ini berimplikasi pada kejayaan islam pada masa pemerintahan khilafah Abbasiyah khususnya pada masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid yang begitu cinta dan meneruh perhatian besar pada tradisi keilmuwan.
Akan tetapi dunia islam mengalami perubahan dan kemunduran yang sangat drastis pasca terjadinya serangfan salib. Umat islam menjadi psimis dan bahkan memandang bahwa ilmu yang benar dan mesti dipelajari adalah ilmu yang berhubungan dengan kehidupan akhirat semata (fiqih, akhlak, tasawuf dan yang semisal). Pandangan ini lebih diperparah lagi dengan banyaknya fatwa ulama' saat itu yang mengatakan bahwa belajar beberapa cabang ilmu ( seperti filsafat, logika, astronomi dan yang semisal ) hukumnya adalah haram. Pandangan semacam inilah yang pada akhirnya menimbulkan adanya dikotomi keilmuwan dalam islam. Ada ilmu agama dan ilmu umum. Belajar ilmu agama itu hukumnya wajib sedangkan yang lain tidak. Parahnya lagi ditambah fatwa yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup.
Fenomena diatas menjadi sebuah pemicu mundurnya islam dan peradaban islam dimata dunia. Ghazwul fikri yang diterapkan oleh mereka yang tidak suka terhadap islam semakin mulus dan menuai hasil dengan munculnya generasi islam yang shalih namun tidak peka terhadap situasi social yang ada.
Di era Modern ini, pendidikan islam dihadapakan pada situasi global dimana barat telah mengalami puncak kejayaan dengan penguasaan teknologi informasi dan sains yang luar biasa. Pendidikan islam harus segera berbenah diri dalam menghadapi percaturan global apabila tidak ingin semakin usang dan kuna tertelan oleh waktu. Apabila pendidikan islam tidak segera berbenah diri dengan melakukan rekonstruksi dan rekonsiliasi dalam kurikulum dan materinya serta konsentrasi bidang garapannya sudah dapat dipastikan bahwa pendidikan islam akan ditinggalkan dan tidak lagi mendapat perhatian dari umat dan masyarakat.
Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa pendidikan islam ( dalam hal ini pesantren salaf ) mengalami tingkat kemerosotan yang sangat significan. Lembaga pesantren kurang diminati sementara generasi islam oleh karena kurikulum dan materi yang didalamnya stagnan dan tidak memberi sebuah tantangan dan jaminan bagi kehidupan dimasa mendatang. Pesantren harus segera berbenah diri apabila tidak ingin ditinggalkan sama sekali oleh masyarakat.
Oleh sebab itu di era modern seperti saat ini pendidikan islam harus mampu memberikan sebuah solusi dan jawaban riel dan nyata bagi masyarakat. Pendidikan islam harus mampu bersaing dengan pendidikan yang lain dengan mempersiapkan generasi yang siap bersaing.
Materi dan konsentrasi garapan pendidikan islam tidak hanya berkutat pada aspek religius ( Fiqih, Qur'an hadits, Akhlak dll ). Lebih dari itu pendidikan islam harus mampu memberikan kontribusi yang besar dalam bidang – bidang yang lain seperti matematika, informasi, teknologi, ekonomi, geografi dan lain sebagainya. Dengan mengubah konsentrasi kajian dan bidang garapan tentunya bukan berarti pendidikan islam meninggalkan aspek religiusnya. Namun aspek religius itu harus senantiasa menjiwai, menjadi ruh yang akan menjadi sebuah motivator dalam mengembangkan keilmuwan.
Jika aspek – aspek ini diperhatikan dan betul – betul digarap dengan maksimal bukan mustahil islam akan menjadi agama yang memiliki peradaban tinggi dan menjadi pusat peradaban dunia. Islam akan kembali mengulang masa keemasanya dalam keilmuwan, menjadi kiblat dunia dalam hal ilmu dan pengetahuan.
Hal yang mesti dilakukan untuk pertama kali adalah membangunkan generasi muslim dari tidur panjangnya. Mesti diakui mesti saat ini telah banyak bermunculan lembaga – lembaga pendidikan islam bahkan mungkin telah menjamur di seluruh penjuru tanah air mulai dari play group sampai perguruan tinggi semisal STAIN, UIN dsb, namun budaya dan nuansa keilmuwan masih sangat sedikit ( Untuk tidak menyebut jarang dan bahkan tidak ada ) kita jumpai. Berbeda dengan pendidikan diluar islam seperti lembaga pendidikan Kristen. Mahasiswa dan siswa cenderung bersifat pasif dalam mengembangkan keilmuwan. Jarang diketemukan budaya baca, tulis, dan analisis yang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari mereka. Keadaan seperti ini timbul dari tidak adanya rasa butuh dan perhatian pada ilmu. Hal inilah yan g semestinya dihilangkan dari generasi islam.
Apabila kita bernostalgia dengan kembali melihat biografi ulama' – ulama' dahulu pada masa kejayaan islam, disana akan kita temukan betapa mereka sangat menghargai ilmu pengetahuan. Ekonomi yang sulit, jarak jauh yang mesti ditempuh tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk mencari, mangkaji dan mendaatkan pengetahuan. Mereka rela untuk meninggalkan tanah kelahirannya, keluarga bahkan kesenangan hidup dunia demi dan untuk ilmu pengetahuan.
Pendidikan islam yang mampu menjadi solusi dan problem solving terhadap persoalan umat adalah harapan bersama. Harapan itu tidak mungkin bisa terwujud tanpa adanya budaya – budaya keilmuwan yang diciptakan oleh generasi muslim yang menjadi harapan.
Pendidikan islam memerlukan tangan – tangan yang tulus dalam memajukan islam sebagai sebuah peradaban yang kokoh. Peran serta semua kalangan tentunya diharapkan disini dalam rangka menyambut apa yang disabdakan oleh rasulullah saw : " Islam itu tinggi, dan tidak ada yang lebih tinggi dari islam". Semoga apa yang menjadi harapan dan cita – cita rasulullah ini tidak hanya menjadi sebuah jargon yang me"nina bobok" kan umat islam. Umat islam mesti bangun dari tidunya dan sadar bahwa untuk mencapai sebuah peradaban yang tinggi perlu adanya kerja keras, usaha yang serius, keistiqamahan dalam usaha, sabar dalam meraih mimpi, dan tidak meremehkan pada segala hal meskipun hal itu remeh dalam lahirnya. Perlu sebuah perjuangan yang tidak mudah dan yang pasti dalam setiap perjuangan perlu adanya pengorbanan. Mudah – mudahan dalam waktu yang tidak lama lagi cita – cita rasul itu bisa terealisasi dan kita sebagai generasi sadar akan tanggung jawab besar dalam menjadikan islam sebagai agama yang paling tinggi diantara agama yang lain. Tinggi dalam hal agama, peradaban, ekonomi, iptek dan sebagainya dalam seluruh aspek kehidupan. Amin.
والله أعلم بالصواب
0 komentar:
Posting Komentar